MAKAN DARI REZEKI YANG HALAL DAN BAIK
Halal adalah salah satu syarat agar setiap apa yang kita dapatkan, kita makan, kita usahakan, mendapatkan ridho-Nya. Bagaimana bisa suatu hal itu dikatakan halal?
Kita bisa lihat dari "cara mendapatkan" suatu hal itu. Apakah sudah merujuk dan berpedoman pada sumber yang benar yaitu Al-Quran dan As-Sunnah?
Halal selalu beriringan dengan Toyyib (baik). Mengapa harus halal dan toyyib? Karena yang halal pun belum tentu toyyib. Contohnya, ketika seseorang menderita penyakit koresterol. Ia sangat suka sekali makan makanan berminyak, dan makanan berminyak ini ialah makanan halal. Namun, nyatanya makanan ini tidak toyyib bagi kesehatannya. Halal namun tak toyyib bagi dirinya...
Dan masih banyak contoh lainnya.
Diriwayatkan dalam hadist Bukhari Muslim No. 1686: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al Ala` Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Fudlail bin Marzuq telah menceritakan kepadaku Adi bin Tsabit dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai, dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan segala sesuatunya dihasilkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?
LANJUTKAN MEMBACA