BLOG

gambar

H-9 Ramadhan

MAKAN DARI REZEKI YANG HALAL DAN BAIK Halal adalah salah satu syarat agar setiap apa yang kita dapatkan, kita makan, kita usahakan, mendapatkan ridho-Nya. Bagaimana bisa suatu hal itu dikatakan halal? Kita bisa lihat dari "cara mendapatkan" suatu hal itu. Apakah sudah merujuk dan berpedoman pada sumber yang benar yaitu Al-Quran dan As-Sunnah? Halal selalu beriringan dengan Toyyib (baik). Mengapa harus halal dan toyyib? Karena yang halal pun belum tentu toyyib. Contohnya, ketika seseorang menderita penyakit koresterol. Ia sangat suka sekali makan makanan berminyak, dan makanan berminyak ini ialah makanan halal. Namun, nyatanya makanan ini tidak toyyib bagi kesehatannya. Halal namun tak toyyib bagi dirinya... Dan masih banyak contoh lainnya. Diriwayatkan dalam hadist Bukhari Muslim No. 1686: Dan telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al Ala` Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Fudlail bin Marzuq telah menceritakan kepadaku Adi bin Tsabit dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai, dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan segala sesuatunya dihasilkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?
LANJUTKAN MEMBACA
gambar

H-10 Ramadhan

Sederhana Dalam Beribadah Sederhana dalam beribadah yang mana setiap Muslim harus beramal sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu'alaihi wasallam. Karena ada kalanya kebanyakan orang terlalu bersemangat dalam menunaikan amal shalih sehingga cepat jenuh dan akhirnya berhenti. Biasanya hal ini banyak dialami oleh para pemuda karena usia ini memiliki semangat kuat tetapi tidak stabil. Tidak sedikit orang yang bersemangat beribadah tetapi cepat jenuh dan bermalas-malasan, oleh karena itu hendaknya setiap muslim harus sederhana dalam beribadah dan selalu memeliharanya. Menjaga ketaatan ini merupakan bukti kecintaannya terhadap amal shaleh dan sebaik-baik amal adalah yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit. Jika seseorang mampu menjaga amal shalih nya terus-menerus, hal itu sebagai bukti kecintaannya pada amal kebaikan. Dari Aisyah –Radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783). Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, biasanya kebanyakan orang akan banyak beramal di bulan Ramadhan, memang itu bagus, tapi jangan sampai amalannya surut ya setelah bulan Ramadhan berlalu. Kita harus senantiasa menjaga amal shalih, yaitu dengan sederhana dalam beribadah namun kontinyu.
LANJUTKAN MEMBACA
gambar

Untuk Apa Masa Muda Kita?

02 April 2021
Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya: لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ. “Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340) Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kalian isi masa muda kita dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya? Kalau kita masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kita ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan? Tidakkah kita takut akan ancaman Allah subhanahu wata’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya: مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123) Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan. Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
LANJUTKAN MEMBACA