WEBINAR: Urban Farming dengan Permaculture: Manfaatkan Alam dan Tumbuhkan Sendiri Makananmu

09 Juli 2020
gambar

Pertanian identik dengan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang di desa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan pertanian (farming) pun mulai dilakukan oleh kaum urban (perkotaan).

Dalam pelaksanaannya, urban farming tentu berbeda dengan pertanian konvensional, dari sisi pelaku maupun media tanam yang digunakan. Belum lagi adanya masalah-masalah dalam pertanian seperti hama, bibit yang kurang baik, lahan yang tidak memadai dari sisi nutrisi maupun luasnya, dan lain sebagainya. Hal ini juga berlaku pada urban farming.

Akhirnya, kegiatan pertanian baik konvensial maupun pada kaum urban, jadi cenderung mengarah pada produk-produk komersial seperti penggunaan pupuk atau pestisida yang berasal dari bahan kimiawi yang tidak alami. Adapun rekayasa genetika serta pemberian hormon yang tidak alami pada tanaman maupun hewan. Akibatnya erjadi kerusakan di muka bumi: fertilitas tanah menurun, kualitas pangan terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia buatan manusia. Pada kahirnya, manusia juga yang terkena dampaknya karena mengkonsumsi produk-produk tersebut.

Allah SWT berfirman:

“… Janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 85)

Sebagai khalifah di bumi ini, kita wajib menjaga bumi (alam) yang telah Allah ciptakan dengan sebaik-baiknya. Dia yang Maha Sempurna, sesungguhnya telah menciptakan seluruh alam ini dengan sempurna, seimbang, dan cukup sesuai kadarnya. Semua elemen saling bersinergi sehingga membentuk siklus dan rantai kehidupan yang seimbang. Ada satu saja rantai yang diganggu, maka akan mengganggu rantai yang lain. Akibatnya, terjadi kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Kang Luky (pemilik dari Rumah Kayu Permaculture/RKP), menjelaskan bahwa ada konsep permaculture yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pertanian. Apa itu permaculture?

Permaculture (permanent culture / pertanian permanen) adalah sebuah pengetahuan dan kesadaran dalam menata dan pemeliharaan terhadap sebuah ekosistem pertanian produktif yang di dalamnya terdapat keberagaman, daya tahan dan stabilitas. Dalam integrasi yang penuh harmoni ini, integrasi antara landscape dan manusia terwujud sebagai penyedia bagi makanan, energi, perumahan (penaung), kebutuhan-kebutuhan materi lainnya dan kebutuhan non-materi, dan semua ini terjadi dalam sebuah tatanan yang berkesinambungan. Tanpa pertanian permanen akses pada sumber-sumber yang berkah akan terputus dan tidak mungkin ada stabilitas keteraturan dalam masyarakat. Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam permaculture meliputi perencanaan yang baik dan bijaksana, penggunaan sumber-sumber alam dengan amat hati-hati, serta pendekatan yang beradab (ethical) dengan menghargai semua kehidupan. Prinsip tersebut dimaksudkan agar perencanaan maupun penggunaan serta kegiatan yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Pentingnya penerapan permaculture ini adalah gaya hidup sehat. Seiring berkembangnya zaman, semakin banyak makanan yang sudah diproses / makan siap saji yang bereda. Terdapat bahan-bahan berbahaya yang ada pada makanan tersebut, bisa disebut dengan 5P yaitu:

  1. Pewarna, pewarna dari bahan kimia yang tidak alami
  2. Perasa, seperti msg
  3. Pemanis buatan, seperti gula biang, sakarin
  4. Pengawet
  5. Pengental, seperti pada saus dan mayones

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa orang yang sering makan makanan siap saji lebih berisiko terkena penyakit jantung dan mengalami kematian lebih awal dibandingkan orang yang makan makanan organik. Tidak dipungkiri seiring berkembangnya zaman, kebutuhan pangan di masyarakat semakin besar sehingga industri makanan mengambil jalan mudah yaitu dengan membuat makanan yang siap saji. Tapi dengan permaculture, apabila hanya dalam skala rumah tangga saja bisa memberi kebutuhan pangan rumah tersebut. Bayangkan ketika permaculture dilaksanakan secara komunal, tentu kebutuhan pangan dalam 1 komunitas bisa terpenuhi hanya dengan hasil dari tanaman di komunitas tersebut.

Selain 5P pada makanan olahan, rekayasa genetik juga mempengaruhi kualitas makanan. Contohnya rekayasa genetik yaitu semangka tanpa biji. Semangka tersebut bisa tidak memiliki biji karena kromosomnya direkayasa sehingga menjadi mandul. Ahli rekayasa genetik pun tidak ingin memakan buah / binatang yang telah diubah genetiknya, karena mereka tahu bahaya dari makanan tersebut.

Rumah kayu permaculture adalah salah satu wujud nyata penerapan konsep permaculture yang dilakukan oleh Kang Luky. Di rumah kayu permaculture, kang Luky dan keluarga mengusahakan “tidak ada sampah yang dibuang”, karena segala sesuatu dapat dimanfaatkan pada hal lainnya. Contoh-contoh penerapan permaculture di RKP:

  • Air hujan ditampung dan dialirkan untuk kolam ikan
  • Air dari kolam ikan yang telah tercampur kotoran, dialirkan ke tanaman sebagai pupuk cair organik.
  • Pemanfaatan sinar matahari sebagai penerangan di dalam rumah sehinga tidak perlu menyalakan lampu saat siang hari.
  • Sampah rumah diolah kembali menjadi ekoenzim yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah, menjernihkan air, atau pembuatan kompos.
  • Kotoran hewan ternak yang bisa dijadikan pupuk.

Khusus terkait urban farming, berikut ini Kang Luky membagi ilmunya tentang ekoenzim, pupuk padat/cair, media tanam, jenis tanaman, sampai pembasmian hama terpadu sambil menerapkan permaculture.

1. Ekoenzim, pupuk padat, dan pupuk cair

Ekoenzim itu seperti “yakult” bagi tanaman, yaitu cairan yang berisi bakteri baik (probiotik). Bakteri ini dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan yang ada di rumah. Bahan2 yang dibutuhkan adalah sampah dapur seperti kulit jeruk atau kulit buah-buahan, air kelapa yang sudah lama (dapat diganti dengan air biasa), gula aren, dan wadah yang tertutup untuk proses fermentasi secara anaerob. Langkah-langkahnya yaitu:

  1. Pisahkan sampah-sampah organik yang bersih, terutama dari buah-buahan yang banyak mengandung gula (jeruk, mangga, pepaya)
  2. Masukkan ke wadah seperti drum / ember, lalu tambah air kelapa / air biasa
  3. Masukkan gula aren yang sudah dicairkan
  4. Tutup dengan rapat (anaerob), biarkan selama 35 hari
  5. Apabila penutup plastiknya terlihat membendung seperti mau meledak, berikan pendingin di atasnya. Bisa menggunakan air
  6. Setelah 35 hari, apabila tidak bau busuk maka ekoenzim berhasil dibuat. Apabila bau busuk, berarti lebih banyak patogen daripada bakteri probiotiknya
  7. Pisahkan ekoenzim ke wadah jirigen / wadah penyimpanan lainnya.
  8. Jika ingin digunakan untuk tanaman, campurkan dengan air bersih dengan perbandingan 1:10

Manfaat ekoenzim: • Membuat pupuk padat. Caranya dengan menyiramkan ekoenzim ke sampah padat dari sampah dapur, lalu kubur dengan tanah/kompos. • Membuat pupuk cair. Caranya dengan menyiramkan ekoenzim ke air dari sampah yang tidak mengandung minyak jelantah. • Membuat kompos. Caranya dengan menyiramkan ekoenzim pada tumpukan dedaunan. • Menyuburkan Tanah • Menyehatkan tanaman • Jika disiram ke air, bisa menjernihkan air dari polutan • Jika disiram ke kotoran ternak, bisa membuat fermentasi lebih cepat (biogas & kompos) • Jika disiram ke pakan ternak seperti rumput kering, nilai gizinya meningkat drastis (dibiarkan 14 hari)

2. Media tanam

Dalam kondisi lahan yang terbatas, Kang Luky menyarankan penggunaan polybag untuk menanam tanaman. Media tanam dapat berupa campuran tanah, sekam bakar, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Dapat pula menggunakan metode aquaponic, cukup dengan lahan 1x2 meter yang dibuat menjadi kolam ikan. Lalu, tumbuhan ditanam pada air seperti hidroponik dan dialirkan air dari kolam ikan. Kalau ingin membeli lahan untuk berkebun, tanah tersebut harus dicek dahulu apakah subur atau tidak. Caranya yaitu:

  1. Ambil tanah secara acak dari bebarapa titik di lahan tersebut
  2. Masukkan ke dalam botol air mineral, isi dengan air sampai oenuh
  3. Kocok botol agar tanah dan air tercampur, lalu diamkan
  4. Tanah di botol akan terbagi, bagian atas adalah top soil.
  5. Apabila bagian top soil 1/3 dari total tanah, maka tanah tersebut bagus
  6. Apabila bagian top soil kurang dari 1/3, maka tanahnya jelek

Cara lain yaitu gali tanah dengan luas 1x1m, kedalaman 25cm. Apabila ada cacing sampai 100 ekor, maka tanah tersebut subur

3. Tanaman

Tanaman yang disarankan adalah polyculture, yaitu menanam berbagai jenis tanaman (tidak hanya 1 jenis). Faktor ekonomi menjadi salah satu pertimbangan, karena jika hanya 1 jenis ditanam dalam jumlah banyak, ketika harga tanaman tersebut turun maka akan merugi. Tanaman juga memiliki karakter masing-masing, ada yang mudah dan ada yg sulit pemeliharaannya. Sesuaikan tanaman apa yang mau kamu tanam dengan karaktermu, juga apa yang kamu butuhkan untuk makan.

4. Pembasmian hama terpadu

Hama sesungguhnya adalah makhluk ciptaan Allah yang kita belum tau manfaatnya, sehingga cenderung dianggap pengganggu. Padahal, Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Apabila satu jenis makhluk yang dianggap hama dibasmi secara masif, dapat mengganggu rantai makanan dan siklus kehidupan, sehingga mengakibatkan kerusakan di muka bumi.

Kita dapat membuat cairan pembasmi hama secara alami dan tidak membuat tanaman tercampur bahan kimia buatan. Syarat bahan yang dapat digunakan sebagai pembasmi hama: memiliki rasa yang menyengat (pedas/pahit), berbau, bersifat racun, atau bersifat perekat. Contoh: cabe (memiliki rasa pedas), jeruk/sereh (berbau), kacang babi (mengandung sianida), lidah buaya/daun kembang sepatu (bersifat perekat). Contoh pembuatannya yaitu dengan mencampurkan 4 siung bawang putih dengan 1L air, saring, lalu bisa diberi sabun pencuci piring sebagai perekat. Semprotkan pada bagian tanaman yang terkena hama.

Itu tadi sharing dari Kang Luky dari RKP. Sebenarnya apa sih manfaat menerapkan permaculture, apakah sekedar pemenuhan kebutuhan pangan? Kata Kang Luky, tidak lain karena berharap pahala dari Allah, menjadi rahmatan lil ‘alamin menjaga bumi-Nya.